Pages

Minggu, 14 April 2013

Perjalanan Sang Legenda Barcelona: Paulino Alcantara


Jauh sebelum para pegiat sepakbola Asia dihebohkan dengan isu “Go Europe”, Paulino Alcantara pernah melakukannya sekitar 100 tahun silam di Barcelona. Pemain yang lahir dari ayah seorang Spanyol dan ibu Filipina ini menjelma menjadi salah satu striker paling mematikan di Spanyol pada era 1910-1920-an. Sampai saat ini, rekor gol terbanyak di Barcelona masih dipegang olehnya. Berdasarkan situs resmi klub, Paulino Alcantara masih menjadi top skorer abadi klub dengan catatan 357 gol dari 357 penampilan.

Alcantara lahir pada tanggal 7 Oktober 1896 di Iloio City, Filipina. Pada usia 14 tahun, ayahnya membawanya ke Catalunya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Di sana, Alcantara kecil pun mulai bermain sepakbola bersama klub lokal, Galeno FC. Di sinilah langkah awal Alcantara menjadi seorang legenda besar dimulai. Pendiri barcelona, Joan Gamper menemukan Alcantara sendiri ketika ia bermain di Galeno. Seketika itu juga, Gamper langsung menarik Alcantara ke Barcelona.
Dua tahun kemudian, pada Februari 1912, Paulino Alcantara melakukan debutnya untuk Barcelona di usia yang masih 15 tahun. Ketika itu, pertandingan yang akan dijalani Alcantara adalah sebuah pertandingan Liga Catalan melawan Catala SC. Skor akhir pertandingan adalah 9-0 untuk kemenangan Barcelona dan di pertandingan debutnya tersebut, Alcantara langsung membukukan hat-trick! Ia mencetak 3 gol pertama Barcelona, dan seketika itu juga, ia berhasil mendapatkan tempatnya dalam skuad utama Barcelona. Pada musim debutnya tersebut, Barcelona berhasil menjadi runner-up di dua ajang berbeda, Liga Catalan dan Piala Raja. Sebagai catatan, pada waktu itu kompetisi nationwide Liga Spanyol belum diadakan dan kompetisi tertinggi di Spanyol adalah Piala Raja.
Setahun setelahnya, barulah Barcelona merasakan gelar juara di dua ajang tersebut. Paulino Alcantara bermain di final Piala Raja pada usia 16 tahun dan mengantarkan Barcelona menekuk rivalnya dari Basque, Real Sociedad, 2-1. Dua gelar juara tersebut menjadi awalan dari 13 gelar yang akan menyusul dalam 13 tahun karir Alcantara di Barcelona. Kisah cinta Paulino Alcantara dan Barcelona sempat terhenti pada tahun 1916. Saat itu, Alcantara belum genap berusia 20 tahun dan kedua orangtuanya memutuskan untuk kembali ke Filipina dengan membawa serta Alcantara.
Kembalinya Alcantara ke Filipina membuat Barcelona kalang kabut. Berulangkali Barcelona berusaha membujuk ayah Alcantara untuk meninggalkannya di Barcelona namun hasilnya nihil. Alcantara pun kembali ke tanah kelahirannya dan meskipun singkat, ia berhasil mempersembahkan yang terbaik untuk Filipina. Di Filipina, ia bermain untuk Bohemian SC sembari melanjutkan studinya. Sebelum lupa saya sebutkan, Paulino Alcantara adalah seorang mahasiswa kedokteran ketika itu dan studi kedokteran inilah yang nanti akan menjadi salah satu pertimbangan besar dalam karirnya.
Di Bohemian, ia berhasil membantu klub tersebut menjuarai kompetisi Filipina dua tahun berturut-turut pada 1917 dan 1918. Prestasi di Bohemian ini juga membawa Alcantara pada cap internasional pertamanya. Ia terpilih dalam skuad Filipina untuk bermain dalam Far Eastern Championship Games di Tokyo tahun 1917. Di kejuaraan tersebut, Filipina berhasil menjadi runner-up. Dalam perjalanan menjadi runner-up tersebut, ada satu kisah yang akan selalu dikenang yakni ketika mereka berhasil menggunduli Jepang 15-2. Kemenangan atas Jepang tersebut masih menjadi kemenangan internasional terbesar dalam sejarah sepakbola Filipina. Selain sepakbola, Paulino Alcantara juga mewakili Filipina dalam ajang tenis meja.



Ketika Alcantara sedang menjalani masa-masa yang menyenangkan di tanah kelahirannya, Barcelona justru sedang menderita, karena tanpa keberadaan Alcantara, mereka pun absen meraih gelar. Gayung pun bersambut. Alcantara pun ternyata sudah rindu bermain untuk Barcelona. Ketika bujukan Barcelona tidak juga mampu menggoyahkan pendirian orangtua Alcantara, Alcantara sendiri lah yang bertindak. Cerita yang beredar pada waktu itu adalah bahwa Paulino Alcantara sedang mengidap malaria. Ketika itu tahun 1918. Alcantara yang sudah sangat ingin kembali bermain di Catalunya memboikot sendiri pengobatannya. Ia berkata bahwa ia tidak akan meminum obatnya jika tidak 
diizinkan kembali ke Barcelona.
Alhasil, orangtuanya pun luluh dan akhirnya mengizinkan Alcantara kembali ke Barcelona. Waktu itu, Barcelona sudah ditangani oleh Jack Greenwell, salah satu manajer terbesar Barcelona sepanjang sejarah. Greenwell adalah mantan rekan setim Alcantara dan ditunjuk menjadi manajer oleh Joan Gamper pada 1917. Jack Greenwell juga tercatat sebagai manajer profesional pertama di Barcelona. Ketika Alcantara kembali ke Spanyol tahun 1918, Greenwell memutuskan melakukan eksperimen dengan menempatkannya sebagai pemain bertahan. Hasilnya, berantakan dan para suporter Barcelona menuntut Greenwell untuk mengembalikannya ke lini depan. Greenwell pun dengan senang hati melakukannya.
Pada kesempatan keduanya berkostum Barcelona inilah Paulino Alcantara benar-benar menjalani masa keemasannya. Barcelona pun pada saat ini sedang mengalami golden era pertamanya. Di samping Alcantara, banyak terdapat legenda-legenda lain seperti kiper kontroversial Ricardo Zamora, Emilio Linan, Josep Samitier, dan Felix Sesumaga. Generasi ini mampu mempersembahkan 12 gelar sampai tahun 1927, ketika Paulino Alcantara pensiun dari sepakbola.
Karir timnas Spanyol Paulino Alcantara sendiri seharusnya dimulai pada 1920 ketika Olimpiade Antwerp diselenggarakan. Akan tetapi, Alcantara menolak untuk ikut serta dalam turnamen sepakbola internasional terbesar saat itu karena kebetulan jadwalnya bentrok dengan ujian kelulusan kuliah kedokterannya. Akhirnya, ia baru menjalani debut internasionalnya bersama tim nasional Spanyol pada hari ulangtahunnya yang ke 25 menghadapi timnas Belgia. Spanyol menang 2-0 dan Alcantara memborong dua gol kemenangan Spanyol. Sampai ketika ia pensiun, Alcantara tampil 5 kali bersama timnas Spanyol dan mencetak 6 gol.


Bicara soal Alcantara, belum sah rasanya jika belum membicarakan dua gol legendarisnya. Kedua gol tersebut sama-sama menunjukkan kelebihan utama Alcantara yakni kekuatan tendangannya. Gol legendaris pertama dikenal sebagai “Police Goal”. Gol ini dicetaknya dalam pertandingan melawan Real Sociedad tahun 1919. Ketika itu, entah bagaimana ada seorang polisi lewat di depan gawang Sociedad. Bola yang dibidik Alcantara ke gawang Sociedad pun mengenai polisi malang tersebut. Bola bukannya terpental tetapi justru 
mendorong polisi tersebut masuk ke gawang Sociedad bersamanya.
Gol legendaris kedua terjadi di pertandingan internasional melawan Perancis. Dari gol inilah, Paulino Alcantara mendapatkan julukannya, El Rompe Redes atau The Netbreaker. Bagaimana tidak? Di pertandingan tersebut, Alcantara sekali lagi berhasil mendemonstrasikan kekuatan tendangannya dengan merobek jala lawan secara harfiah. Bola yang ditendang Alcantara masuk ke gawang Perancis dan merobek jala gawangnya.
Situs resmi Barcelona menulis bahwa studi kedokteran Alcantara mampu membawanya ke level kebugaran tertinggi. Selain sangat cepat, ia juga sangat kuat, walaupun posturnya tidak lebih besar dibanding Pedro Rodriguez. Keberhasilan Alcantara bersaing di level tertinggi pada saat itu seharusnya dapat dijadikan inspirasi, terutama bagi mereka yang selalu menyalahkan postur untuk kegagalan bersaing di sepakbola level tinggi. Paulino Alcantara dan El Pitxitxi, Rafael Moreno telah membuktikannya di masa silam. Alcantara bahkan dinobatkan sebagai Pemain Asia Terbesar Sepanjang Masa oleh FIFA atas prestasinya menjadi pemain Asia pertama yang bermain di klub Eropa.
Karir gemilang Paulino Alcantara ditutupnya di usia 31 tahun. Ia membaktikan dirinya di bidang kesehatan setelah selesai bermain sepakbola. Meski begitu, ia tetap berkecimpung di olahraga yang membesarkan namanya. Alcantara sempat menjadi direktur Barcelona dari tahun 1931-1934 dan menjadi manajer timnas Spanyol pada tahun 1951. El Rompe Redes tutup usia pada tahun 1964 di usia yang ke-67. Meskipun namanya tidak terlalu dikenal dewasa ini, para pendukung Barcelona yang sudah berusia lanjut pasti mengenal namanya dan mungkin sudah saatnya cerita ini disebarkan kepada generasi penerus, agar kebesaran yang dulu pernah diukir tidak hilang ditelan agresi zaman.

sekian penjelasan ane soal Perjalanan Sang Legenda Barca: Paulino Alcantara semoga bisa memperluas wawasan ente soal para legenda Barca. Gracies!





sumber: thecrowdvoice

0 comments:

Posting Komentar

 
>